Instead of debating between studying tradition or modernity, why don't we respect and maintain our traditional music by studying it according to the present context? After all, our ancestors are no less cool than whoever’s currently trending on social media or Spotify.
Dengan etos DIY yang dianutnya, LAIN secara tidak langsung tengah mendobrak tatanan norma-norma seragam yang sebelumnya dilanggengkan Orde Baru.
Cara terbaik tetap waras dan keluar dari paradoks berubahnya pandangan politik para idola kita ini adalah dengan cara membuat sebuah garis demarkasi, memisahkan antara sang seniman dengan karya seninya.
Ulasan pendek dari beberapa buku yang saya baca hingga pertengahan 2020 ini.
Ada banyak hal yang bisa membuat Indonesia pintar. Misalnya perpustakaan ataupun sekolah gratis. Akan lebih afdal jika semua itu dibarengi dengan musnahnya pola pikir seksis bahwa laki-laki cantik pantas mendapat cercaan dari orang yang menjual punk.
Dengan masih mengulas musik, kita telah melakukan sesuatu yang penting: berbagi ilmu pengetahuan. Iya, musik adalah bentuk ilmu pengetahuan, bukan sekadar sebuah hiburan.
Siapa sih yang tidak mengenal Taylor Swift? Meski anda tidak pernah mendengarkan musiknya, setidaknya anda pasti pernah melihat sekali dua kali namanya muncul di linimasa twitter anda. Atau, salah satu atau dua lagunya pasti pernah nyempil di senarai musik Spotify yang anda dengarkan. Walau barangkali lagu itu anda skip, yang jelas ia ada. Eksis di sana.
Bayangkan jika tak ada kesepian, manusia akan selalu nyaman dengan dirinya sendiri, dan terdiam di gua nyamannya setiap saat. Kenyamanan itu akan bikin manusia enggan menjalin social bond dengan manusia lain.
Sekenanya skena, skena sekenanya. Mari membicarakan musik dengan serius tapi santai, santai tapi serius.
Dangdut adalah musik yang cair. Ia mengalir mengikuti arus zaman. Dangdut tetap bertahan di tengah gempuran tren musik lain. Dangdut tampaknya akan tetap bertahan, dan terus berkembang hingga jauh di hari esok.
Aris Setyawan 