Siang itu seperti biasa warung rakyat Mas Poer ramai oleh para mahasiswa ISI Yogyakarta yang lapar dan memutuskan makan di sana karena harganya yang aduhai, murah. Saya adalah salah satu mahasiswa lapar itu. Ketika saya tengah menyantap nasi berlauk sayur bayam dan tempe, tiba-tiba telinga saya tergelitik suatu bunyi, kemudian mata memutuskan menatap ke luar, … Lanjutkan membaca Seni Tanpa Batas