Generasi Xenosentris Berlebih

Kami Bangsa Indonesia mengaku, berbangsa satu. Amerika..

Kami Bangsa Indonesia mengaku, Berbahasa Satu. Amerika.

Kami bangsa Indonesia mengaku, bertanah air satu. Amerika..

Kami Bangsa Indonesia mengaku, semuanya, Amerika…

Armada Racun – Amerika

 

 

 

 

Apa budaya yang Kita suka? Apa musik yang Kita dengar? Apa mode yang kita kenakan? Lalu ideologi apa yang Kita jadikan kiblat hidup Kita sehari-hari? Malu atau malas mengaku kalau ternyata semua dari barat? Kita lebih suka ambil semua yang dari barat ketimbang dari negeri sendiri. Krisis identitas, ayo Kita berkenalan dengan Xenosentrisme untuk mengkaji perilaku krisis identitas tersebut.

 

 

 

Xenosentrisme. Istilah ini berarti suatu pandangan yang lebih menyukai hal-hal yang berbau asing. Ini adalah kebalikan yang tepat dari kata etnosentrisme [Shils, 1972; Wilson et al, 1976]. Jika etnosentrisme adalah sebuah paham yang menganggap dimana kebudayaan sendiri adalah yang superior dan budaya lain inferior. Maka Xenosentrisme adalah kebalikan dari Etnosentrisme dimana Xeno menganggap kebudayaan lain lebih baik dari budaya sendiri. Xenosentrisme mengecap budaya lain superior, sementara budaya sendiri justru disubordinansi karena dianggap jelek atau rendah. Lalu mana yang baik dari kedua paham tersebut? Sebenarnya tak ada yang salah dengan Etnosentrisme atau Xenosentrisme. Karena kedua paham tersebut memang akan selalu muncul dalam bentuk kebudayaan apapun dikarenakan pemicu utamanya tentu saja adalah Subyektifitas alias keberpihakan. Kita berpihak pada satu budaya tertentu tersebut maka Kita akan membelanya setengah mati apapun yang terjadi. Etnosentrisme itu bagus selama masih dalam batas kewajaran, karena dengan adanya Etnosentrisme maka Kita bisa menghargai budaya Kita sendiri. Xenosentrisme juga bagus selama dalam porsi yang wajar supaya Kita mampu menghormati kebudayaan bangsa lain. Namun semuanya menjadi sebuah omong kosong belaka ketika berlebihan dan tidak sesuai porsi takaran. Karena segala yang berlebihan biasanya akan berakibat buruk.

 

Kita ini generasi xenosentrisme berlebih. Karena Kita lebih suka budaya luar ketimbang budaya sendiri. Kita begitu tergantung pada barat. Amerika pada khususnya Kita jadikan kiblat bagi segala tindak tanduk Kita dalam hidup. Krisis identitas kita sudah sedemikian akut rupanya hingga pengetahuan Kita akan budaya sendiri begitu minim sementara untuk segala yang berbau luar negeri (Amerika pada khususnya) Kita begitu fasih menghafalkannya. Saya sempat heran saat membaca sebuah status Facebook seorang Siswa SMA yang berbunyi “suka musik apa saja, tapi terutama yang dari luar, dan yang penting enggak ada bunyi gamelannya.” Oke mungkin opini Anak SMA itu bisa dibenarkan atas nama Subyektifitas atau Etnosentrisme tadi. Namun dengan pernyataannya tadi Kita bisa tasbihkan bahwa Siswa tersebut sudah menganut paham Xenosentrisme. Lebih mengagungkan budaya luar ketimbang budaya sendiri. Sebenarnya apa yang membuat generasi Kita cenderung lebih memilih menghargai budaya asing ketimbang budaya negeri sendiri? Karena apa yang mereka dengar, lihat, rasakan setiap hari kebanyakan budaya asing tersebut. Witing Tresno jalaran soko kulino kalau orang Jawa bilang, Suka karena terbiasa. Media dan bermacam konten edukasi maupun hiburan yang Mereka konsumsi sebagian besar porsinya dari budaya asing, jadi ya Mereka lebih terbiasa dengan budaya asing ketimbang budaya sendiri. Secara mudah saja bila Kita menilik berbagai media Kita baik televisi, cetak atau dunia maya kebanyakan konten didalamnya lebih memuat dari luar. Dnegan mengacu pada hukum sebab-akibat lantas Kita bisa bertanya “kenapa bisa demikian?”  bisa demikian disebabkan media lokal Kita begitu tergantung kepada media luar dalam hal penyediaan konten dan acara. Media kita enggan membuat sendiri konten siarannya dan lebih tergantung membeli pada luar. Padahal Noam Chomsky sudah mengingatkan dalam “Media Control” bila beberapa media besar (barat, terutama Amerika) menjalankan sebuah tindakan kontrol dunia melalu media yang mereka kuasai dengan cara melakukan pembiasan berita, propaganda, serta pembunuhan karakter Negara yang Mereka invasi dengan cara melemahkan budayanya dan menggerusnya secara konsisten dengan budaya Mereka. Dan Mereka sudah berhasil dengan agenda hegemoni itu. Jadilah generasi negeri ini yang tiap hari dicekoki budaya asing menganut paham Xenosentrisme. Merendahkan budaya sendiri serta mengecap budaya asing superior dan wajib dianut. Pantaslah bila Armada Racun sebuah band asal Yogyakarta lantas membuat sebuah satire memplesetkan sumpah pemuda dalam lagu Mereka Amerika. Karena kenyataannya Kita memang sudah begitu tergantung pada Negara asing (terutama Amerika) dalam segala bidang, termasuk budaya.

 

 

Mungkin sekarang saatnya Kita berpikir. Benarkah tindakan Kita mengsubordinansi budaya sendiri dan menghamba pada budaya asing? Salahkah Kita menjadi etnosentris atau Xenosentris? Sebenarnya semua sah-sah saja. Asal pada porsi yang benar. Maka ada baiknya Kita masuk saja dalam area abu-abu, zona aman dimana Kita mencintai budaya sendiri. Namun juga menghargai budaya asing, ada baiknya Kita anut saja paham Relativisme, tidak terlalu subyektif. Relatif. Dengan demikian Kita berimbang cinta budaya sendiri, dan budaya asing juga Kita terima sebagai tambahan referensi. Jika Kita generasi mudanya lebih memilih menganut Xenosentrisme maka jangan heran beberapa dekade kedepan Kita tak akan punya lagi budaya untuk diwariskan pada anak cucu Kita karena habis tergusur budaya asing yang Kita banggakan kini. Maka satu hari nanti bisa saja lagu kebangsaan Kita akan menjadi “Amerika” nya Armada Racun dan tiap upacara bendera Kita wajib bernyanyi “Kami bangsa Indonesia mengaku, berbangsa satu. Amerika…”

 

 

SELESAI

( sebuah catatan pembuka tentang disiplin ilmu Etnomusikologi yang sedang Saya pelajari di bangku kuliah. Masih kacau balau dan serampangan karena memang Saya baru belajar ilmu ini. Jadi ya perlu banyak pengembangan. )

 

 

 

ARIS SETYAWAN

 

 

Yogyakarta, 18 Oktober 2010

 

 

( Created and sent from my Friend’s PC. For more word and shit log on tohttp://www.arisgrungies.multiply.com/ )

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.