Semua benda dapat menjadi senjata, jika Kau memegangnya dengan erat. Sebotol Coca-cola yg berisi minuman bersoda akan dicap sebagai simbol ketidakadilan pasar global dan biang kapitalis. Akan lain ceritanya bila botol itu berisi bensin dengan secarik kain dan Kau pegang dgn erat ditangan kanan, yg kiri korek api. Jadilah senjata bagi para kombatan utk melawan penguasa otoriter. Microphone mungkin berbentuk sama. Namun sering diimplementasikan pada Konteks yg berbeda tergantung niat orang yg memegangnya. Sebuah mic bisa dipegang seorang penyanyi yg tengah mengkoarkan lagu putus cinta, selingkuh, atau ketidakproduktifan lainnya yg lantas akan dicap sbg pembodohan pendengarnya. Sementara itu akan lain ceritanya bila Mic itu dipegang erat oleh seorang penyanyi yg liriknya sarat kritik sosial, masukan, hiperbola, semangat, ajakan meningkatkan produktivitas, atau sedikit sarkastik dan satire teruntuk Para penguasa yang menginjak kebebasan Kita dengan kekuatan mereka, maka microphone itu serupa belati yang ditusukkan ke jantung bagi para koruptor, atau mafia peradilan, atau para pembunuh, atau para oportunis sadis yg mengaku mewakili rakyat.
Sebuah botol atau belati mungkin sama. Tapi mempunyai esensi yg berbeda pada konteks yg berbeda. Jadi terserah Kau, mau menggunakan botol atau microphone, asal Kau pegang dgn erat. Semua bisa menjadi senjata utk memperjuangkan kebebasan atau sesuatu ekspektasi dan harapan yg lebih baik. Untuk dirimu sendiri, orang lain. Dan untuk Negeri ini.
Aris Setyawan
Karanganyar, 21 Januari 2010
( for more shits please visit http://www.arisgrungies.multiply.com )