I LOVE PAIN: Sebuah Klarifikasi Bahwa Saya Bukan Pecandu Drugs.

Saya Sering mendapat Messages di Akun MySpace atau E-mail yang isinya bertanya kepada Saya apakah Saya seorang pengguna Drugs dan seorang junkies? Hal mana yang membuat Saya heran kenapa ada pertanyaan seperti itu ditujukan kepada Saya, seorang Aris Setyawan yang berani bersumpah belum pernah menyentuh barang haram itu. Setelah Saya Tanya balik pada mereka-mereka yang bertanya itu maka jelaslah segalanya. Mereka ini bertanya kepada Saya demikian setelah mereka mendengarkan salah satu lagu yang Saya tulis berjudul I Love Pain, lagu yang memang bertema tentang penggunaan drugs. Rupanya banyak dari para pendengar yang salah mengartikan lagu tersebut, mis-interpretasi hingga dikira Saya yang dikisahkan sebagai pecandu narkoba dalam lagu tersebut. Maka agar kesimpang siuran berita bahwa Saya adalah Drugs User tidak makin menjadi Saya perlu mengklarifikasi dan memberikan eksplanasi tentang lagu itu.

I Love Pain adalah sebuah lagu dari band Alternative Punk Grunge asal Karanganyar, Surakarta yang bernama DOn’t BE Robotic huMAN ( Doberman ). Lagu ini sempat dirilis dalam Demo band tersebut bertitel “ First Noise, First Pain” lalu belakangan juga masuk dalam kompilasi lintas genre dengan judul “Konfrontasi Maksimal 2” yang dirilis Manual Record tahun 2009. Lagu ini memang bercerita tentang pengunaan drugs dan implikasinya dengan rasa sakit. Dari judulnya sendiri terkesan begitu eksplisit dan seolah bersifat Sadomasokis, I Love Pain, Aku Suka Rasa Sakit. Dengan beberapa penggal lirik sebagai berikut:

“I love pain, I’m on high

I love pain, Coz I’m using drugs…

I Love Pain, I don’t care. I love pain when nobody care..”

Dengan gamblang lirik tersebut mengatakan “Saya menggunakan Drugs” tapi ‘Saya’ dalam lagu ini bukanlah Saya sendiri tapi orang lain. Liriknya Saya tulis setelah melihat kelakuan kawan yang tengah menyuntikkan drugs kedalam aliran darahnya. Bagaimana mereka mengikat lengan agar pembuluh darah lebih kelihatan. Lalu menyuntikkan drugs yang sebelumnya sudah diencerkan dengan air, direbus, lalu di-injeksikan kedalam darah. Kemudian bagaimana reaksi mereka ketika sedang menikmati tingginya kadar serotonin dalam otak akibat terstimulasi efek Drugs tersebut, yang lantas mengakibatkan mereka berfantasi, mengawang seolah tak menginjak bumi. Lalu tak berapa lama setelah melayang dan efek obat sudah hilang kembali menapak tanah. Agak miris Saya melihat perbuatan kawan Saya. Tangannya yang berlubang-lubang bekas jarum, badan kurus kering dan muka tirus pucat itu. Apalagi ketika Sakaw. Jeritannya benar-benar menyesakkan dada. Bagi Saya orang normal yang tak memakai Drugs tentu saja semua yang dilakukan kawan Saya itu terlihat menyakitkan. Tangan diikat kencang-kencang, disuntik, menginjeksikan putauw separuh lalu disedot lagi hingga putauw yang sudah masuk bercampur darah didalam suntikan, baru kemudian disuntikkan seluruhnya. Hingga akhirnya Saya beranggapan rupanya pecandu Narkoba itu ‘Cinta rasa sakit’ karena ketika memakai semua prosesnya menimbulkan kesakitan tapi tetap saja dilakukan. Apalagi namanya kalau bukan cinta rasa sakit? Lalu Saya tulislah lirik lagu tentang kebiasaan kawan Saya itu. Jadi sesungguhnya yang cinta Rasa sakit itu adalah kawan Saya yang pengguna drugs, karena Ia lebih cinta tubuhnya didera kesakitan dengan memakai drugs alih-alih tetap sehat saja. I love Pain hanya berdurasi pendek, satu menit lebih sedikit dengan tempo cepat, distorsi gahar dan vokal berteriak. Sebagai simbolisasi bahwa ketika kita memakai drugs hidup akan terasa begitu bersemangat, hingar bingar, gembira, berteriak. Namun Cuma sesaat ketika efek obat masih terasa. Cuma serasa satu menit lebih sedikit. Namun setelah hingar-bingar itu tiba-tiba sunyi sepi, kelam, hitam, mati tak berarti tidak menjadi apa-apa dan terlupakan.

Jadi Moral of the story nya adalah: kalau masih Sayang hidup dan ingin hidup lebih berarti bagi diri sendiri dan orang lain, jangan coba-coba memakai drugs. Masih banyak stimulan lain yang bisa dipakai untuk meningkatkan kadar serotonin dalam otak selain zat-zat psikotropika. Dan percayalah kita akan lebih suka berteriak “Aku cinta sehat dan normal” ketimbang kawan Saya seorang drugs addict yang berteriak “ I love pain, Aku cinta rasa sakit.” Lagu I Love Pain bukan sebuah ajakan untuk memakai drugs, tapi sebuah kisah tentang pengguna drugs yang semoga bisa jadi bahan kontemplasi dan pembelajaran bagi kita agar tak pernah sekalipun berminat menjadi pengguna drugs. jadi cukup kiranya klarifikasi Saya. Dan Saya tegaskan lagi bahwa Saya tidak pernah memakai Drugs, dan tidak pernah berniat menggunakannya sampai kapanpun.

Ket:

Serotonin:      Zat dalam otak yang dipercaya mengatur ‘rasa tenang’ dalam tubuh manusia. Orang yang suka meditasi misalnya, memproduksi serotonin dalam tubuhnya secara alamiah hingga menciptakan rasa tenang yang alami. Sedangkan penggunaan Drugs atau zat stimulan lainnya semacam Psikotropika memproduksi serotonin tersebut secara artifisial dan dipaksa. Hingga rasa tenang yang dihasilkan pun menimbulkan efek samping serta tidak baik untuk tubuh.

Aris Setyawan

Karanganyar, 01 Januari 2010

( For more shit please visit Http://www.arisgrungies.multiply.com )

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.