Bayangkan ketika sekarang ini anak-anak Abg, Pelajar-pelajar Sma, juga anak-anak gaul lainnya yang biasanya berstyle Emo dengan rambut poni, celana ketat dan kaos MCR nya malih rupa berdandan ala Grunge. Mengenakan kemeja flanel ditambah jeans robek, rambut panjang acak-acakan, sepatu belel yang ga dicuci selama 3 bulan. Ketika itu terjadi mungkin kita sudah tiba dimasa kebangkitan Grunge.
Kenapa kebangkitan? Memang Grunge sedang mati ya? Kurang lebih bisa disebut demikian. Tapi lebih tepatnya genre yang sempat besar di awal tahun 90-an ini bukan mati. Hanya saja kurang muncul dipermukaan. Mari kita flashback ke masa lampau. Ketika grunge dengan hebatnya menjajah ranah musik Internasional. Saya tidak akan menyebutkan awal kemunculan Genre ini yang dimulai dari tahun 80-an oleh Green River, Mudhoney dan kawan-kawan. Untuk anda yang mungkin masih penasaran atau belum tahu sejarah panjang aliran musik ini silakan cari sendiri saja di Internet. Saya hanya mengajak flashback ke masa kejayaannya, era awal 90-an. Dimulai dengan meledaknya Album fenomenal Nirvana yakni Nevermind. Setelah sebelumnya tak ada satupun band Alternative atau secara spesifiknya Grunge yang bisa masuk jalur mainstream, Nevermind membawa sebuah formula tepat yang akhirnya bisa membuatnya masuk mainstream. Setelah penjualan Nevermind meledak, menyusul band-band grunge lain dikontrak label besar. Sebut saja Pearl Jam, Soundgarden, Alice In Chains. Band-band yang tadinya dipandang sebelah mata tiba-tiba bisa menjual jutaan copy dan menguasai tangga lagu. Grunge pun menjadi sebuah subkulture baru yang menguasai dunia menggantikan era metal dan glamrock. Mulailah anak-anak muda dipenjuru dunia mengikuti gaya idola-idola mereka mengenakan Style ala grunge.
Kenapa grunge begitu mudah diterima kala itu? Kenapa genre ini akhirnya baru bisa masuk mainstream pada awal tahun 90-an? Padahal sebenarnya bukankah genre ini sudah muncul dan tercipta cukup lama sekitar tahun 80-an ketika Mark Arm dari band Green River mengenalkannya kepada publik Seattle. Pada tahun itu pula band-band yang menggaungkan grunge semakin menjamur di kota asalnya Seattle. Tapi pada tahun itu pula grunge tak pernah bisa masuk mainstream karena kalah pamor dengan Metal dan glamrock yang sedang digandrungi saat itu. Menurut asumsi Saya grunge bisa diterima pada awal 90-an karena itu adalah momen yang tepat. Kondisi dunia yang sedang kacau balau, banyak orang frustasi, perang Teluk, Resesi Ekonomi, penyalahgunaan Obat terlarang yang makin merajalela. Dunia yang sedang depresi butuh sebuah wadah penyaluran untuk melepaskan semua masalah itu. Dan Grunge dianggap sebagai sebuah lansekap yang tepat. Sesuai dengan imej yang melekat pada grunge: depresi, frustasi, alienasi, drugs addict dan dunia berkata ini dia Sebuah lansekap buat melepas semua masalahku.
Secepat kemunculannya, secepat itulah pula kemundurannya. Perlahan namun pasti genre ini mulai memudar hilang dari peredaran. Pergeseran selera musik dituding sebagai penyebabnya. Budaya pop memang selalu bergerak dari satu ke yang lain dan tibalah saatnya bagi grunge untuk menghilang. Selain pergeseran selera musik ditambah lagi berbagai perpecahan serta bubarnya band-band yang mengusung alirannya. Tewasnya Kurt Cobain frontman Nirvana karena bunuh diri, Juga Layne Staley vokalis Alice In Chains yang meninggal karena overdosis penggunaan heroin, bubarnya Soundgarden. Dan banyak lagi band-band lain menyusul pecah atau bubar mempercepat pudarnya pengaruh grunge di kancah musik. Setelah berhasil menguasai dunia selama beberapa tahun maka hilanglah Seattle sound dari peredaran. Menyisakan keturunannya yang mentasbihkan diri dengan nama Post Grunge.
Sebenarnya setelah era 90-an itu grunge tidak sepenuhnya mati. Tentu saja masih banyak orang yang suka dan setia mendengarkan serta menganut Style grunge ini. Diseluruh dunia, khususnya di Indonesia masih banyak band-band yang mengaku memainkan musik distorsi keras ini. Hanya saja mungkin yang menjadi masalah adalah kurangnya naik ke permukaan. Band-band beraliran grunge ini kebanyakan hanya bisa bermain musik dan mengedarkan rekaman mereka di kalangan komunitas. Tak bisa masuk mainstream persis seperti halnya di awal kemunculan grunge tahun 80-an lalu. Band Grunge Indonesia yang bisa masuk mainstream atau major label bisa dihitung. Navicula, Cupumanik, Plastik di beberapa dekade lalu. Padahal banyak band-band bagus di negeri ini, hanya saja kendalanya mungkin kurang adanya wadah yang benar-benar bisa menjadi tempat berekspresi band grunge. Beberapa band memang bisa membentuk komunitas-komunitas yang cukup maju, membuat berbagai gigs-gigs dan event untuk menyalurkan nafsu bermusik, mengedarkan zine-zine baik yang dicetak maupun memanfaatkan media Blog, Fs, forum dan milis-milis. Tapi semuanya masih berkutat di ranah komunitas sendiri. Menjadi konsumsi komunitas. Sementara untuk mengharap ada seorang Good Samaritan dari pihak mainstream yang akan mengangkat Grunge ke permukaan ditengah kondisi industri musik Indonesia yang seperti ini sepertinya juga tidak mungkin. Jadi apakah akan ada wadah-wadah yang bisa membantu lagi kebangkitan grunge secara lebih baik?
Tapi untungnya masih ada juga pejuang-pejuang yang dengan penuh semangat membuat wadah itu. Sebuah tempat dimana para musisi pengusung grunge bisa saling bertemu, mempublikasikan musik yang mereka buat serta saling bertukar pikiran. Sebut saja www.totalfeedback.com yang sudah beberapa tahun tetap online sebagai Webzine serta direktori Grunge Indonesia. Disana kita bisa mendapatkan berita terbaru tentang Grunge, review band-band keren, membaca Artikel-artikel yang ditulis para Grungies, mendownload lagu-lagu yang disediakan, serta mengiklankan band kita. Terima kasih kepada Admin Totalfeedback yang masih bertahan mengelola situs itu walau dengan dana operasional pribadi. Selain Totalfeedback belakangan Situs yang muncul untuk dijadikan media bertukar pikiran para Grungies adalah www.naviculamusic.com
Web yang dikelola band asal Bali Navicula ini baru saja launching, dan rencananya juga akan dijadikan sebuah wadah bertemu para grungies. Terima kasih juga kepada Navicula yang mau membuat situs tersebut. Diharapkan dengan hadirnya www.naviculamusic.com serta tetap eksisnya www.totalfeedback.com bisa benar-benar menjadi media penyebaran grunge yang lebih baik. Sehingga Genre ini bisa terpublikasikan secara lebih luas dan akhirnya muncul kembali kepermukaan, kemudian kembali menjadi Genre yang menjajah peta musik Dunia dan Indonesia pada khususnya. Mari kita berharap ini akan menjadi kebangkitan Grunge.
Grunge Resurrection…!!!
Aris Setyawan
Karanganyar 12-12-2008
(For More Sh*t Please visit http://www.arisgrungies.multiply.com)