Wanita Tuna susila bahasa kerennya…Pecun bahasa gaulnya…Pelacur bahasa agak kasarnya, Wanita Jalang bahasa kasar banget….
tau2 pengen nulis kayak gini, terinspirasi membahas pelacuran setelah menonton film “Mengejar Mas-Mas” yg dibintangi oleh Dina Olivia, Poppy Sovia. Dwi Sasono. Film ini bercerita tentang Shanaz (Poppy sovia) yg lari dari rumah menyusul pacarnya ke jogja karena ada pertengkaran dengan ibunya, namun ketika sampai di Jogja pacarnya terlanjur naik gunung sehingga Shanaz yg ga punya duit sama sekali terlunta-lunta dan nyasar ke Lokalisasi kelas bawah di Jogja. Hingga akhirnya bertemu Ningsih (Dina Olivia) seorang Wanita tuna Susila di kawasan itu.Film yg digarap oleh……halah ini bahas pelacur apa bahas Film mengejar mas-mas toh? Sabar brur, toh gw nulis kan karena kemaren liat pilem ini di teve…..
mo di penjuru dunia manapun Pelacuran memang selalu ada karena Seks adalah barang yg dianggap sebagai hal dasar, hal pokok. Kayak sembako juga menjadi hal pokok maka menjamurlah Toko2 Dan kios2 yg jual sembako. Karena Seks juga kebutuhan dasar, kemudia menjamur jugalah jualan Daging di seluruh penjuru dunia. Setiap daerah, tiap negara di dunia ini selalu punya satu tempat sebagai jargon Lokalisasi. Malah dibeberapa negara Pelacuran di Legalkan. Jerman sebagai contoh melegalkan prostitusi dan pelacuran, sehingga pas ada gelaran Piala Dunia Jerman kemarin memperbanyak Impor kondom karena yakin bakal banyak Penonton piala dunia yg ikut merasakan prostitusi Jerman. Intinya di segala tempat selalu ada Lokalisasi. Di Indonesia sendiri tiap daerah selalu punya juga tempat seperti itu. Kramat Tunggak di Jakarta (Dulu), bandung punya Saritem & Braga, Sarkem di Jogja, Gang Dolly di Surabaya. Kalo Di Solo dikawasan RRI. (buset Loe tau ajah? Dah nyobain dateng satu2 yah? Hahaha….yah gaklah,,,……) nah kan? Ada aja Lokalisasi, bagaimana di kotamu? Ada ga? Ada donk….
Well ga semua Pelacur santun seperti mbak Ningsih di Pilem Mengejar Mas-Mas. Tapi pada dasarnya semua punya alasan menjual diri yang sama: Terjepit kondisi Finansial. Kebanyakan para wanita2 itu mengaku terpaksa jualan daging karena kondisi ekonomi yg memaksa mereka tetap makan namun kesulitan mencari makan secara baik2. Akhirnya jadilah mereka tukang jual daging. Dan prinsip orang dagang juga berlaku di dunia prostitusi ini: ada penjual ketika ada pembeli. Selama masih banyak lelaki hidung belang, maka prostitusi akan masih menjamur bahkan bisa jadi makin menggila. Para lelaki hidung belang banyak yg mengaku kayak gini: “yah cari refreshing mas, setelah capek pusing mikir cari makan. Sekali-kali cari hiburan gpp dong” oh ya, kalo memang cari hiburan saja setelah capek2 cari duit. Koq duit yg udah capek2 dicari itu juga ikut ilang gitu aja buat bayar psk? Ada tetangga gw, sebut saja Pak Miyo (buset namanya jepang banget kalo ga kayak merk sepeda motor) Pak Miyo berusia akhir 40-an. Beristeri, punya satu anak. Mengaku mengalami kebosanan akan hidup dan Membeli Daging di Lokalisasi dikatakannya sebagai salah satu obat yg cukup manjur. Awalnya pak Miyo hanya coba2, lama2 kecanduan dan segalanya dikorbankan agar bisa tetap mencicipi daging Mentah dikawasan Lokalisasi itu. Duit harian setelah capek berpanas-panasan yg harusnya lari kedapur, buntutnya juga jatuh kesana. Bahkan barang2 mulai dijual, Seekor sapi gemuk yg semula direncanakan untuk pernikahan sang Anak Perempuan juga ikut dijual hanya agar bisa tetap merasakan Daging mentah itu. Nah, apa kemudian Refreshing setelah capek cari duit bisa dijadikan alasan kalo pada akhirnya duit yg capek2 dicari itu juga habis untuk Refreshing?
Ironisnya sebenarnya masyarakat tau mengenai prostitusi seperti ini, bahkan mungkin aparat juga tau. Tapi semua seperti mendiamkan saja. Di daerah gw, tepatnya malah di kampung gw kawasan Candi Sukuh Karanganyar Jawa Tengah, mulai menjamur villa2 plus2 dimana anda bisa menyewa perjam untuk bebas melakukan apapun bersama pasangan atau siapapun juga. Lha masyarakat yg kalo ada sinetron yg isinya seorang cewek hamil diluar nikah karena seks bebas marah2. Tapi begitu realita seperti ini memilih diam, mereka bukannya ga tau, tapi memilih pura2 ndak tahu, karena apa? Dengan adanya Villa Plus2 Kampung jadi dapet pemasukan tambahan tiap bulan dari Villa. Aparat juga diam saja kenapa? Mungkin sibuk Operasi & Razia kendaraan bermotor yah? Jadi ga sempet ngurusin begituan. Nah masyarakat sudah mendiamkan, aparat juga begitu. konsumen daging mentah makin banyak, maka makin suburlah bisnis prostitusi di Negeri Ini. Apa nanti di Indonesia bakal di Legalkan juga ya? Kayak di Jerman gitu?
Mbak Ningsih begitu Santun walaupun jadi Wanita Tuna Susila, menjaga Shanaz yg baru dikenalnya. Terpaksa juga menjual diri karena desakan ekonomi. Entah di ending tu fim ga dijelasin apa akhirnya mbak Ningsih tobat dan kembali kejalan yg lurus ga belok2 lg. Semua masalah selalu ada solusinya, demikian juga dengan masalah Prostitusi. Sepertinya di berita2 televisi dah sering diberitakan tentang pengrebekan kawasan lokalisai, yang edannya beberapa saat kemudian kawasan itu kembali beroperasi seolah ga terjadi satu apapun. Dan kenapa mereka masih nekad beroperasi kembali? Karena masih ada lelaki hidung belang yg membutuhkan. Selama masih ada konsumen, mereka tetap akan jual Daging….mungkin solusinya dari kita sendiri, tanya pada diri kita sendiri. Apa kita mendukung adanya Lokalisai dan prostitusi? Atau kita Menolak keras?
Dan untuk terakhir kalinya, gw mo bilang kalo Akting Dina Olivia di Film Mengejar Mas-Mas bagus banget……
hehehe…tapi bagusan Akting Poppy Sovia donk (soalnya dia lebih cantik sih…..Huahahahahaha)
Tempat pelacuran juga menambah masukan keuangan oknom oknom tertentu lo.saya pernah melihat beberapa oknom pakai mobil patroli berhenti di depan hotel yg dijadikan tempat kencan pelacur.kemudian salah satu karyawan memberi uang oknom tersebut.dan saya perhatikan dibeberapa hotel lain jg begitu setor upeti.
yup, lantas kenapa ga sekalian aja dilegalkan yah? jadi Negara dapat pemasukan dari pajak Prostitusi
hihihihi